Pembumkaman Suara Mahasiswa



Pembumkaman Suara Mahasiswa 




Mahasiswa dalam banyak catatan sejarah, merupakan generasi yang selalu ada dalam setiap momen perubahan bangsa Indonesia. Perubahan ini berkaitan upaya perbaikan keadaan yang lebih baik. Reformasi merupakan bagian dari catatan emas keberhasilan gerakan perubahan masyarakat yang diinisiasi oleh mahasiswa ini. Hanya saja, gerakan ini mengalami kemandekan dengan kian derasnya upaya pembungkaman suara mahasiswa

Indikasi pembungkaman ini dapat tercerminkan pada hilangnya suara dan gerakan mahasiswa pada kondisi Indonesia saat ini. Terakan suara kencang dari toa yang selama ini menjadi media terbaik mahasiswa dalam menyuarakan pendapat kian jarang terdengar. Hilangnya ini berbarengan dengan berkurangnya daya intelektual mahasiswa yang dicerminkan pada minimnya publikasi ilmiah atau riset yang dihasilkan oleh mahasiswa ini.

Pasca berkuasanya rezim Jokowi ini, suara mahasiswa dalam menyuarakan kepentingan publik, baik di kampus maupun di luar kampus, kian mengecil volumenya. Indikasi yang lebih memprihatinkan adalah Negara dalam hal ini kampus sendiri, menjadi pihak yang menjadi salah satu actor utama pembungkaman suara mahasiswa ini.

Demontrasi merupakan media dalam demokrasi yang sah dan legal dalam upaya menyuarakan suara keadilan. Sudah sejak lama, demontrasi menjadi cara yang dipakai mahasiswa dalam menyuarakan semua kepentingan public yang dibelanya. Atas nama keamanan dan ketertiban, media ini dalam beberapa kasus terkemuka menjadi kegiatan haram yang tidak boleh dilakukan.

Salah satu yang paling terkenal adalah beredarnya surat edaran larangan demontrasi di lingkungan kampus UNPAD, dalam hal ini yang berada dalam naungan jurusan Psikologi. Larangan ini menjadi hal yang menyedihkan, dikala pihak mahasiswa sendiri turut mengamini dan merestui larangan memalukan ini.

Bukan hanya di kampus ternama seperti di UNPAD, di banyak daerah, demontrasi mahasiswa yang untuk tujuan baik, mengalami pembukaman secara militer dan mengandung kekerasan. Contoh yang paling nyata adalah penangkapan belasan mahasiswa oleh tentara dan polisi di  Sumatera Utara, hanya karena membuat aksi damai hari pendidikan nasional.

Pembungkaman suara mahasiswa pun kini menyasar pada ruang intelektual mahasiswa itu sendiri. Pengembangan media literasi oleh mahasiswa seharusnya mendapat apresiasi, tapi ini berkebalikannya. Skorsing kepada 2 mahasiswa Universitas Telkom hanya karena membuat perpustakaan berbau “kiri” beberapa waktu lalu, adalah kemunduran besar dalam upaya peningkatan literasi masyarakat Indonesia.

Larangan berdemontrasi, penangkapan aksi damai serta skorsing kepada mahasiswa berbeda ideologi adaah gambaran jelas tentang upaya pembungkaman suara mahasiswa pada saat ini. Hal yang paling menyedihkan dari 3 kasus tadi, ruang intelektual pun menjadi sasaran baru pembungkaman suara mahasiswa ini. Konsolidasi sesama mahasiswa menjadi hal mutlak jika tidak ingin aroma busuk pembungkaman ini menyebar ke berbagai lini kehidupan mahasiswa Indonesia. 

Comments

  1. seriusan kondisinya kaya gtu mas di era jokowi? terakhir denger ada penganiyaan mahasiswa yg demo depan istana ya? duùh miris kl mmg itu terjadi ...

    ReplyDelete
    Replies
    1. This comment has been removed by the author.

      Delete
  2. iya, berdasarkan beberapa indikasi dan contoh kasus di banyak kampus Indonesia

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Sinetron Dunia Terbalik dan Kampanye Kesetaraan Gender

Mahasiswa Sulit Bangun Pagi

Cerita Liburan