Kereta Api Pemikiran

Sudah minggu ketiga perkuliahan di kampusku berjalan, ada semangat sekaligus rasa sedih, karena mungkin akan perjalanan di belajar di kampus sebentar lagi selesai. Salah satu hal yang selalu kusuka dari semester ini adalah kabar adanya  dosen "killer" yang akan menguliahi kami di semester ini. Menarik sekali bukan.   sumber gambar: http://www.ruswan.id/2014/03/beginilah-mahasiswa-dosen-killer-adalah.html Desas-desus itu mulai menjadi kenyataan, karena katanya ketika dosen ini masuk, mulai memberikan "teror" kepada kawan-kawanku. Metode perkuliahan sang dosen killer ini juga berbeda dengan yang lain. Sangat mengagetkan dan menyeramkan kata kawan-kawanku.  Kenapa baru "kata kawan-kawan" ?  Sudah 3 kali aku belum masuk ke mata kuliah dosen ini, selalu ada gangguan dan gangguan ketika akan masuk ke mata kuliah dosen ini. Jadi sampai saat ini, opini kawan-kawanku tentang dosen killer ini belum aku lihat dengan nyata dan benar.  sumber gambar

"Bagaimana mau membangun negara, bangun pagi saja tidak bisa", begitulah sindiran yang sering muncul utamanya di beberapa akun media sosial terkait sulitnya mahasiswa bangun pagi. (sumber : http://upstation.unipin.co.id/2016/12/19/12-hal-ini-cuma-dirasain-oleh-orang-yang-susah-bangun-pagi-kamu-termasuk-yang-mana/) Bangun pagi adalah sebuah hal sederhana, tapi sulit dilaksanakan. Ada banyak hal terjadi kenapa bangun pagi seperti sulit dilaksanakan. Ada banyak alasan mengapa sulit bangun pagi, tapi hal yang paling terasa adalah gaya hidup yang salah. Dulu, pengalaman aku semasa masih belajar di SD, SMP dan Aliyah, bangun pagi adalah hal biasa. Mengapa ? Ada 2 alasan sederhana, pertama karena memang harus bangun pagi dan kedua karena ada yang membangunkan. ( sumber : http://arrasyid261.blogspot.co.id/2011/02/masa-remaja-merupakan-masa-yang-berapi.html) Alasan pertama, karena memang harus bangun pagi untuk "melaksanakan" kewajiban masuk jam 7 pagi. Dari

"Toh kapan pulang dan kumpul lagi ? ", tanya Kawan lama. Ada sebuah pepatah lama yang berbunyi " setiap 7 tahun, kita akan selalu mempunyai kawan baru". Pepatah tadi mungkin benar, karena kita pasti akan selalu mempunyai kawan baru jika tinggal di tempat baru. Bisa tidak benar, jika kita tetap tinggal di lingkungan yang kita tinggali. Waktu berubah begitu cepat, sangat cepat dan super cepat. Berubah dari SD ke SMP, lalu ke SMA , lalu ke Perguruan Tinggi dan lalu-lalu yang lain. Waktu pula yang kemudian membuat kita melupakan banyak hal dari keindahan waktu itu sendiri. Reunian adalah momen yang biasanya diadakan untuk mengingat kembali masa-masa indah yang direnggut oleh sombongnya waktu. Disana biasanya kenangan-kenangan lama tergali kembali dan mengatakan kepada sang waktu bahwa kita dapat mengerem waktu untuk sesaat saja. "Kenapa tidak pernah ikut reunian ?", "Sombong ya mentang-mentang udah kuliah ?", "Tahun depan harus datang

Liburan semester ganjil itu hampir berakhir. Sebulan lebih waktu belajar di pindahkan dari kampus ke luar kampus. Ada banyak cerita yang bisa ku bagi tentang belajar di luar kampus itu. Cerita pertama dari liburan ini adalah demo besar di kampusku menentang nilai Uang  Kuliah  Tunggal atau UKT. Penetapan UKT ini dianggap sewenang-wenang oleh para mahasiswa. UKT baru ini khusus diterapkan kepada mahasiswa semester 2. Hanya saja, praktek UKT ini sangat merugikan mahasiswa semester 2. Kerugian tersebut karena UKT ini membagi mahasiswa menjadi 5 klaster, dari yang dianggap mampu sampai yang kurang mampu. Hanya saja, banyak mahasiswa yang seharusnya masuk kategori kurang mampu dimasukan ke kategori mampu. Setelah diselidiki, ternyata ada mekanisme yang salah dalam pengkategorian klaster, selain itu sistem di kampusku ternyata belum siap memakai sistem klaster ini, sehingga terjadi kekacauan dimana-mana. Sehari setelah liburan, mahasiswa dari berbagai elemen, mulai dari semester 2 sampai